Oct 12, 2011

Ce..citer..ce..citer..Kisah Masjid Nabi Daniel Di Iskandariyah Mesir

Assalaamualaikum dan salam sejahtera semua. Hari ni nak ce citer ckit sape die Nabi Daniel. Kisah ni amat menarik hati saya sebab nama abah saya Mohamad Daniel bin Sha'ari. Kalau kitorang adik-beradik sebut nama abah mesti diorang sume yg dgr "umangaiiii..nama ayah die glamer..", "bestnye name abah ko mcm org putih..", "lagi glamer name abah eh dr anaknye..", "ayah ko org putih ker.." dan seangkatan dgnnye. Mcm tu lah reaksi org2 ni bile dgr name abah kitorang, mane taknye zaman dolu2 kale mane ade name org Daniel ni, skrg ni jer dah mcm2 nama sy dgr..Ade jiran saye tu letak name anak die sbb suke tgk abah saya hehe, itulah katenye huhu..Antara nama termasyur skrg Muhammad Daniel Haziq, Danial Haikal, Rayyan Danial, Diana Dianella hehe..tu saya yg tambah..Mcm2 lah kdg2 tu smpai terbelit lidah ni nak nyebutnye. Nama abah saya diberi oleh arwah datuk abah maknenye tokyang saye lah, bkn calang2 org leh leh dpt name ni tau..Bertuah abah saya..Ok jom kite bace citer kat bawah ni yer..

Masjid Nabi Daniel
Masjid ini dikenal dengan nama Masjid Nabi Daniel, mengingatkan di dalamnya ada kuburan beliau. Ia dikuburkan di dalam masjid ini berhadapan dengan kuburan Luqmanul Hakim.

Lalu siapa Nabi Daniel ini? Dalam agama Islam, nama Nabi Daniel termasuk jarang terdengar. Hal ini mengingat Nabi Daniel tidak termasuk salah satu dari 25 nabi yang wajib diketahui. Namun demikian, para ahli sejarah mengatakan, beliau adalah seorang Nabi yang pernah hidup dan meninggal di Mesir. Nabi Daniel termasuk di antara keturunan Nabi Daud as.

Imam ats-Tsa’laby sebagaimana diambil oleh Muhammad bin Iyas Abul Barakat al-Hifny dalam bukunya Bada’iuz Zuhur fi Waqai’ ad-Duhur (hal.192-194) mengatakan bahawa syahdan dahulu hidup seorang raja Babil yang terkenal jahatnya yang bernama, Bakhtashir. Bakhtashir sendiri termasuk keturunan Yafuts dan Yafuts adalah putra Nabi Nuh as.

Dalam sejarahnya, Bakhtashir seorang raja yang sangat kejam. Tidak ada satupun laki-laki Bani Israil yang hidup melainkan dibunuhnya. Anak-anak dipisahkan dari orang tuanya dan dilatih untuk perang sebagian dipenjara.

Suatu saat Bakhtashir menawan banyak masyarakat, termasuk anak-anak. Di antara yang ditawan itu ada seorang anak-anak bernama Nabi Daniel. Ia ditawan dan dipenjarakan bersama dengan keturunan Nabi Ya’kub dan Nabi Yusuf, as.

Suatu hari Bakhtashir bermimpi dengan mimpi yang sangat mengejutkan dan menakutkannya. Ia bertanya kepada para dukun dan juru ramal saat itu, akan tetapi semuanya diam, tidak dapat mentafsir mimpinya tadi.

Lalu datanglah seorang laki-laki yang pernah dipenjara bersama Nabi Daniel yang mengabarkan kepada Bakhtashir bahwa di dalam penjara ada seorang pemuda yang pandai menafsirkan mimpi. Dia adalah Nabi Daniel. Dipanggilah Nabi Daniel untuk menakbirkan mimpinya itu.

Nabi Daniel dengan sangat jelas mentafsir mimpi Bakhtashir tadi. Bakhtashir pun kagum akan kehebatan Nabi Daniel. Nabi Daniel kemudian dibebaskan dari penjara dan dijadikan konsultan sekaligus guru peribadi Bakhtashir.

Kedekatan antara Bakhtashir dengan Nabi Daniel ini membuat petinggi Majusi geram. Mereka kemudian merencanakan sebuah makar untuk membunuh Nabi Daniel. Digalilah sebuah lobang besar, kemudian Nabi Daniel dimasukkan ke dalamnya bersamaan dengan binatang-binatang buas dan berbisa. Namun, setelah beberapa hari lamanya Nabi Daniel berada di lobang tersebut, Bakhtashir mendapatkan Nabi Daniel dalam keadaan sehat tidak kurang sedikitpun.

Ia pun semakin dekat dan sayang kepada Nabi Daniel. Melihat hal itu, orang-orang Majusi kembali menghasut Nabi Daniel dengan hasutan-hasutan yang jauh dari kebenaran. Di antara hasutan ini, dikatakan kepada Bakhtashir bahwa Daniel telah menyebarkan ‘aib yang tidak baik tentang Bakhtashir, iaitu bahawa Raja Bakhashir apabila tidur, selalu buang air kecil di kasur.

Hasutan ini tentu membuat Bakhtashir geram, mengingat ini merupakan cacat dan aib besar untuk seorang raja. Nabi Daniel lalu dipanggil dan diminta tidur bersamanya. Bakhtashir kemudian berkata kepada para pengawal yang bertugas menjaga pintu, bahawa kelak apabila malam tiba ada orang yang keluar kamar untuk buang air, bunuh saja dia, siapapun dia orangnya, sekalipun dia mengaku bernama saya. Para pengawal pun mengiyakannya.

Begitu malam tiba, Nabi Daniel tidak keluar, ia tidak mau buang air kecil pada malam itu. Sampai akhirnya Bakhtashir sendiri yang pertama keluar kamar untuk buang air. Setiba di pintu, para pengawal langsung menangkapnya. Bakhtashir berteriak dan berkata: “jangan bunuh, saya adalah raja kalian, Bakhtashir”.

Namun para pengawal menjawabnya dengan mengatakan: “Dusta, kamu telah berdusta, kamu bukan Bakhtashir raja kami, tapi kamu adalah orang yang mengaku-ngaku sebagai raja kami. Dan siapapun yang keluar malam pertama, maka dia harus dibunuh”. Tanpa panjang kalam, Bakhtashir pun lalu dibunuhnya. Allah menyelamatkan Nabi Daniel dan membinasakan Bakhtashir yang jahat.

Abul Barakat al-Hifny kemudian menuturkan, Nabi Daniel kemudian berangkat menuju kota Iskandariyah, dan menghabiskan sisa-sisa hidupnya untuk berdakwah di sana, bahkan meninggal dan kuburannya pun di sana.

Kuburan Nabi Daniel ini menurut al-Hifny dalam Badai’uz Zuhurnya (hal 194, 195) ditemukan pada masa Khalifah Umar bin Khatab. Saat itu ketika Iskandariyah berhasil dilumpuhkan oleh Amer bin Ash, Amer dan para tentara melihat ada tempat bersembunyi yang dikunci dengan gembok besi. Kemudian mereka membukanya, dan ternyata di dalamnya ada lobang kecil yang ditutup dengan marmar berwarna hijau lainnya.

Begitu dibuka, ternyata di dalamnya ada jenazah seorang laki-laki dengan kain kafan yang ditenun benang emas, dengan badan yang sangat besar. Kejadian itu dilaporkan kepada Khalifah Umar, dan Umar segera bertanya kepada Ali bin Abi Thalib. Ali kemudian menjawab bahawa jenazah tersebut adalah jenazah Nabi Daniel.

Umar segera memerintahkan Amer bin Ash untuk mengkafani kembali jenazah tadi, dan meminta untuk dikuburkan di sebuah tempat yang tidak dapat dijangkau oleh orang-orang. Amer bin Ash lalu membuatkan kuburannya lagi di kota Iskandariyah yang saat ini di atasnya dibangunkan sebuah masjid, bernama Masjid Nabi Daniel.
Itulah serba sedikit kisah Nabi Allah Daniel. Kisah kat atas ni maybe ditulis oleh orang Indon sebab tu ade ayat2 nye saya sendiri tak faham. Mane yang saya tau tu saya tukar pd Malay version hehe..Tapi tak lari dr maksud asal penulis,jgn risau yer..

Sekian, wassalam..(~_^)

No comments:

Oct 12, 2011

Ce..citer..ce..citer..Kisah Masjid Nabi Daniel Di Iskandariyah Mesir

Assalaamualaikum dan salam sejahtera semua. Hari ni nak ce citer ckit sape die Nabi Daniel. Kisah ni amat menarik hati saya sebab nama abah saya Mohamad Daniel bin Sha'ari. Kalau kitorang adik-beradik sebut nama abah mesti diorang sume yg dgr "umangaiiii..nama ayah die glamer..", "bestnye name abah ko mcm org putih..", "lagi glamer name abah eh dr anaknye..", "ayah ko org putih ker.." dan seangkatan dgnnye. Mcm tu lah reaksi org2 ni bile dgr name abah kitorang, mane taknye zaman dolu2 kale mane ade name org Daniel ni, skrg ni jer dah mcm2 nama sy dgr..Ade jiran saye tu letak name anak die sbb suke tgk abah saya hehe, itulah katenye huhu..Antara nama termasyur skrg Muhammad Daniel Haziq, Danial Haikal, Rayyan Danial, Diana Dianella hehe..tu saya yg tambah..Mcm2 lah kdg2 tu smpai terbelit lidah ni nak nyebutnye. Nama abah saya diberi oleh arwah datuk abah maknenye tokyang saye lah, bkn calang2 org leh leh dpt name ni tau..Bertuah abah saya..Ok jom kite bace citer kat bawah ni yer..

Masjid Nabi Daniel
Masjid ini dikenal dengan nama Masjid Nabi Daniel, mengingatkan di dalamnya ada kuburan beliau. Ia dikuburkan di dalam masjid ini berhadapan dengan kuburan Luqmanul Hakim.

Lalu siapa Nabi Daniel ini? Dalam agama Islam, nama Nabi Daniel termasuk jarang terdengar. Hal ini mengingat Nabi Daniel tidak termasuk salah satu dari 25 nabi yang wajib diketahui. Namun demikian, para ahli sejarah mengatakan, beliau adalah seorang Nabi yang pernah hidup dan meninggal di Mesir. Nabi Daniel termasuk di antara keturunan Nabi Daud as.

Imam ats-Tsa’laby sebagaimana diambil oleh Muhammad bin Iyas Abul Barakat al-Hifny dalam bukunya Bada’iuz Zuhur fi Waqai’ ad-Duhur (hal.192-194) mengatakan bahawa syahdan dahulu hidup seorang raja Babil yang terkenal jahatnya yang bernama, Bakhtashir. Bakhtashir sendiri termasuk keturunan Yafuts dan Yafuts adalah putra Nabi Nuh as.

Dalam sejarahnya, Bakhtashir seorang raja yang sangat kejam. Tidak ada satupun laki-laki Bani Israil yang hidup melainkan dibunuhnya. Anak-anak dipisahkan dari orang tuanya dan dilatih untuk perang sebagian dipenjara.

Suatu saat Bakhtashir menawan banyak masyarakat, termasuk anak-anak. Di antara yang ditawan itu ada seorang anak-anak bernama Nabi Daniel. Ia ditawan dan dipenjarakan bersama dengan keturunan Nabi Ya’kub dan Nabi Yusuf, as.

Suatu hari Bakhtashir bermimpi dengan mimpi yang sangat mengejutkan dan menakutkannya. Ia bertanya kepada para dukun dan juru ramal saat itu, akan tetapi semuanya diam, tidak dapat mentafsir mimpinya tadi.

Lalu datanglah seorang laki-laki yang pernah dipenjara bersama Nabi Daniel yang mengabarkan kepada Bakhtashir bahwa di dalam penjara ada seorang pemuda yang pandai menafsirkan mimpi. Dia adalah Nabi Daniel. Dipanggilah Nabi Daniel untuk menakbirkan mimpinya itu.

Nabi Daniel dengan sangat jelas mentafsir mimpi Bakhtashir tadi. Bakhtashir pun kagum akan kehebatan Nabi Daniel. Nabi Daniel kemudian dibebaskan dari penjara dan dijadikan konsultan sekaligus guru peribadi Bakhtashir.

Kedekatan antara Bakhtashir dengan Nabi Daniel ini membuat petinggi Majusi geram. Mereka kemudian merencanakan sebuah makar untuk membunuh Nabi Daniel. Digalilah sebuah lobang besar, kemudian Nabi Daniel dimasukkan ke dalamnya bersamaan dengan binatang-binatang buas dan berbisa. Namun, setelah beberapa hari lamanya Nabi Daniel berada di lobang tersebut, Bakhtashir mendapatkan Nabi Daniel dalam keadaan sehat tidak kurang sedikitpun.

Ia pun semakin dekat dan sayang kepada Nabi Daniel. Melihat hal itu, orang-orang Majusi kembali menghasut Nabi Daniel dengan hasutan-hasutan yang jauh dari kebenaran. Di antara hasutan ini, dikatakan kepada Bakhtashir bahwa Daniel telah menyebarkan ‘aib yang tidak baik tentang Bakhtashir, iaitu bahawa Raja Bakhashir apabila tidur, selalu buang air kecil di kasur.

Hasutan ini tentu membuat Bakhtashir geram, mengingat ini merupakan cacat dan aib besar untuk seorang raja. Nabi Daniel lalu dipanggil dan diminta tidur bersamanya. Bakhtashir kemudian berkata kepada para pengawal yang bertugas menjaga pintu, bahawa kelak apabila malam tiba ada orang yang keluar kamar untuk buang air, bunuh saja dia, siapapun dia orangnya, sekalipun dia mengaku bernama saya. Para pengawal pun mengiyakannya.

Begitu malam tiba, Nabi Daniel tidak keluar, ia tidak mau buang air kecil pada malam itu. Sampai akhirnya Bakhtashir sendiri yang pertama keluar kamar untuk buang air. Setiba di pintu, para pengawal langsung menangkapnya. Bakhtashir berteriak dan berkata: “jangan bunuh, saya adalah raja kalian, Bakhtashir”.

Namun para pengawal menjawabnya dengan mengatakan: “Dusta, kamu telah berdusta, kamu bukan Bakhtashir raja kami, tapi kamu adalah orang yang mengaku-ngaku sebagai raja kami. Dan siapapun yang keluar malam pertama, maka dia harus dibunuh”. Tanpa panjang kalam, Bakhtashir pun lalu dibunuhnya. Allah menyelamatkan Nabi Daniel dan membinasakan Bakhtashir yang jahat.

Abul Barakat al-Hifny kemudian menuturkan, Nabi Daniel kemudian berangkat menuju kota Iskandariyah, dan menghabiskan sisa-sisa hidupnya untuk berdakwah di sana, bahkan meninggal dan kuburannya pun di sana.

Kuburan Nabi Daniel ini menurut al-Hifny dalam Badai’uz Zuhurnya (hal 194, 195) ditemukan pada masa Khalifah Umar bin Khatab. Saat itu ketika Iskandariyah berhasil dilumpuhkan oleh Amer bin Ash, Amer dan para tentara melihat ada tempat bersembunyi yang dikunci dengan gembok besi. Kemudian mereka membukanya, dan ternyata di dalamnya ada lobang kecil yang ditutup dengan marmar berwarna hijau lainnya.

Begitu dibuka, ternyata di dalamnya ada jenazah seorang laki-laki dengan kain kafan yang ditenun benang emas, dengan badan yang sangat besar. Kejadian itu dilaporkan kepada Khalifah Umar, dan Umar segera bertanya kepada Ali bin Abi Thalib. Ali kemudian menjawab bahawa jenazah tersebut adalah jenazah Nabi Daniel.

Umar segera memerintahkan Amer bin Ash untuk mengkafani kembali jenazah tadi, dan meminta untuk dikuburkan di sebuah tempat yang tidak dapat dijangkau oleh orang-orang. Amer bin Ash lalu membuatkan kuburannya lagi di kota Iskandariyah yang saat ini di atasnya dibangunkan sebuah masjid, bernama Masjid Nabi Daniel.
Itulah serba sedikit kisah Nabi Allah Daniel. Kisah kat atas ni maybe ditulis oleh orang Indon sebab tu ade ayat2 nye saya sendiri tak faham. Mane yang saya tau tu saya tukar pd Malay version hehe..Tapi tak lari dr maksud asal penulis,jgn risau yer..

Sekian, wassalam..(~_^)

No comments: